About

header ads

MAKALAH PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI PUPUK KOMPOS-GUDANG MAKALAH

makalah-gudang makalah
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingan-Nya kesudahannya kami dapat merangkai Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI PUPUK KOMPOS”.
Karya Kulis Ilmiah ini dibentuk dengan maksud untuk meningkatkan dan memberi pengetahuan tentang penciptaan pupuk kompos. Dengan terselesainya karya tulis ini tak tak sempat kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya untuk semua yang ikut serta dalam penciptaan karya tulis ini dan menolong penyelesaiannya.
Semoga karya tulis ini dapat berfungsi dan memberi wawasan yang lebih luas untuk pembaca. Walaupun karya tulis ini memiliki kelemahan penyusun minta kritik dan sarannya demi kesempurnaan karya tulis ini di masa mendatang.

Penulis: Wina Amelia Pratiwi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… ii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ………………………………………............................. iv
DAFTAR ISI……………………………………………….……………………..v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...…….................... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………….................................. 2
1.3 Tujuan ……………………………………............................................. 2
1.4 Manfaat ……………………………...................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Kompos................................................................................... 3
2.2 Manfaat Pupuk Kompos..................................................................... 4
2.3Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses pengomposan …………… 5
2.4 Tahapan Pengomposan....................................................................... 8

BAB III METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian................................................................................... 11
3.2 VariabelPenelitian............................................................................. 11
3.3 Alat dan Bahan................................................................................. 11
3.4 Langkah Kerja............................................................................. .… 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 13
4.2 Analisis Penelitian………………………………………………… 13
4.3 Pembahasan..................................................................................... 13

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ……………………….................................................... 21
5.2 Saran …………………................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 22



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di pertumbuhan saat ini, kegiatan manusia tidak jarang kali meninggalkan saldo yang dirasakan sudah tidak bermanfaat lagi atau barang buangan yang dinamakan sampah. Mulai dari sampah lokasi tinggal tangga, pasar, limbah pabrik atau sisa-sisa pekerjaan produksi dalam industri. Sampah menjadi masalah urgen yang butuh ditangani karena jumlah sampah yang semakin tidak sedikit seiring dengan banyaknya limbah yang didapatkan dari pekerjaan manusia menjadi sumber penyakit andai terus menerus menumpuk tanpa adanya upaya untuk meminimalisir jumlah sampah tersebut. Bukan hanya dominan  pada kesehatan saja namun pun mengenai sekian banyak  sisi kehidupan.
Sampah secara simpel digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Melihat area SMA Negeri 3 Bangkalan yang tidak sedikit ditumbuhi oleh tidak sedikit pepohonan sampai-sampai jumlah sampah organik menjadi paling melimpah. Oleh karena tersebut sebagai murid dari SMA Negeri 3 Bangkalan Kami merasa bertanggung jawab atas urusan tersebut. Sehingga kami berupaya menggali solusi yaitu dengan memanfaatkan sampah dedaunan itu sebagai pupuk kompos. Dengan melakukan urusan itu kami bercita-cita dapat dominan  pada pengurangan jumlah sampah yang ada.
Manusia sebagai pengelola lingkungan seharusnya memperhatikan urusan itu dan mencoba suatu teknik untuk mengelola sampah yang tidak mempunyai nilai faedah lagi menjadi sebuah barang yang bisa dimanfaatkan kembali. Jadi upaya pemanfaatan sampah guna kompos ini adalahhal yang lumayan efektif sebab di samping untuk meminimalisir jumlah sampah yang terdapat tetapi pun untuk menambah kesuburan tanah dan produkrivitas tumbuhan terutama di bidang pertanian.
Dengan demikian maka perlu dilaksanakan suatu riset dan pemantauan untuk merealisasikan upaya pengurangan sampah dengan menciptakan pupuk kompos serta karya tulis yang dapat dijadikan tuntunan dalam mempraktikkannya. Penelitian ini dilaksanakan demi terciptanya generasi yang peduli lingkungan yang berupaya mengelola lingkungan sebaik mungkin.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami mengemukakan permasalahan sebagai berikut:
Faktor-faktor apa saja yang bisa memengaruhi proses pengomposan sampah?
Bagaimana peranan sampah dapat dipakai sebagai pupuk kompos pada lingkungan?

1.3 Tujuan
Adapun destinasi kami mengerjakan penelitian ini ialah sebagai berikut:
Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi proses pengomposan sampah
Mengetahui peranan sampah yang dapat dipakai sebagai pupuk kompos pada lingkungan

1.4 Manfaat
Penelitian yang kami kerjakan ini kami harap akan berfungsi untuk:
Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi proses pengomposan sampah
Memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Kompos
Pupuk kompos ialah hasil penguraian parsial/tidak menyeluruh dari gabungan bahan-bahan organik yang bisa dipercepat secara artifisial oleh populasi sekian banyak  macam mikroba dalam situasi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan ialah proses dimana bahan organik merasakan penguraian secara biologis, terutama oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos ialah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut supaya kompos bisa terbentuk lebih cepat. Proses ini mencakup membuat gabungan bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, penataan aerasi, dan peningkatan aktivator pengomposan.
Pengomposan secara aerobik paling tidak sedikit digunakan, sebab mudah dan murah guna dilakukan, serta tidak memerlukan kontrol proses yang terlampau sulit. Dekomposisi bahan dilaksanakan oleh mikroorganisme di dalam bahan tersebut sendiri dengan pertolongan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak memerlukan udara dalam mendegradasi bahan organik..
Bahan baku pengomposan ialah semua material yang berisi karbon dan nitrogen, laksana kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.
Asal
Bahan
1. Pertanian

Limbah dan residu tanaman
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, seluruh bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
Limbah & residu ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air
Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air
2. Industri

Limbah padat
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan
Limbah cair
Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit
3. Limbah lokasi tinggal tangga

Sampah
Tinja, urin, sampah lokasi tinggal tangga dan sampah kota

2.2 Manfaat Pupuk Kompos
Kompos membetulkan struktur tanah dengan menambah kandungan bahan organik tanah dan bakal meningkatkan keterampilan tanah untuk menjaga kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat untuk tanaman bakal meningkat dengan peningkatan kompos. Aktivitas mikroba ini menolong tanaman guna menyerap bagian hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah pun diketahui dapat menolong tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga ingin lebih baik kualitasnya daripada tumbuhan yang dipupuk dengan pupuk kimia, laksana menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki tidak sedikit manfaat yang ditinjau dari sejumlah aspek:
Aspek Ekonomi :
Menghemat ongkos untuk transportasi dan penimbunan limbah
Mengurangi volume/ukuran limbah
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
Mengurangi polusi udara sebab pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk dampak bakteri metanogen di tempat pengasingan sampah
Mengurangi keperluan lahan guna penimbunan
Aspek untuk tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan ciri khas tanah
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
Meningkatkan kegiatan mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin untuk tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat jasmani tanah di antaranya memicu granulasi, membetulkan aerasi tanah, dan meningkatkan keterampilan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah ialah meningkatkan kegiatan mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu laksana N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah ialah meningkatkan kapasitas tukar kation sampai-sampai memengaruhi serapan hara oleh tumbuhan (Gaur, 1980).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan situasi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer itu akan bekerja giat guna mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya tidak cukup sesuai atau tidak sesuai, maka organisme itu akan dorman, pindah ke lokasi lain, atau bahkan mati. Menciptakan situasi yang optimum guna proses pengomposan paling menilai keberhasilan proses pengomposan tersebut sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif guna proses pengomposan berkisar antara 30: 1 sampai 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan memakai N guna sintesis protein. Pada rasio C/N salah satu 30 s/d 40 mikroba mendapatkan lumayan C guna energi dan N guna sintesis protein. Apabila rasio C/N terlampau tinggi, mikroba akan kelemahan N guna sintesis protein sampai-sampai dekomposisi berlangsung lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan ialah pada rasio C/N yang tinggi, terutama andai bahan utamanya ialah bahan yang berisi kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Bagi menurunkan rasio C/N dibutuhkan perlakuan khusus, contohnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran fauna karena kotoran fauna berisi tidak sedikit senyawa nitrogen.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada salah satu permukaan lokasi dan udara. Permukaan lokasi yang lebih luas akan menambah kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi bakal berjalan lebih cepat. Ukuran partikel pun menilai besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk menambah luas permukaan dapat dilaksanakan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat bisa terjadi dalam situasi yang lumayan oksigen(aerob). Aerasi secara alami bakal terjadi pada ketika terjadi penambahan suhu yang mengakibatkan udara hangat terbit dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka bakal terjadi proses anaerob yang bakal menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat dinaikkan dengan mengerjakan pembalikan atau menyalurkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas ialah ruang salah satu partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dipecah dengan volume total. Rongga-rongga ini akan dipenuhi oleh air dan udara. Udara bakal mensuplay Oksigen guna proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen bakal berkurang dan proses pengomposan pun akan terganggu.
Kelembapan (Moisture content)
Kelembapan memegang peranan yang sangat urgen dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung dominan pada suplay oksigen. Mikrooranisme bisa memanfaatkan bahan organik bilamana bahan organik itu larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % ialah kisaran optimum guna metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, kegiatan mikroba akan merasakan penurunan dan bakal lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih banyak dari 60%, hara bakal tercuci, volume udara berkurang, akibatnya kegiatan mikroba bakal menurun dan bakal terjadi fermentasi anaerobik yang memunculkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu
Panas didapatkan dari kegiatan mikroba. Ada hubungan langsung antara penambahan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur bakal semakin tidak sedikit konsumsi oksigen dan bakal semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu bisa terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan kegiatan pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC bakal membunuh beberapa mikroba dan melulu mikroba thermofilik saja yang bakal tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi pun akan membunuh mikroba-mikroba patogen tumbuhan dan benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan bisa terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum guna proses pengomposan berkisar antara 6.5 hingga 7.5. pH kotoran ternak lazimnya berkisar antara 6.8 sampai 7.4. Proses pengomposan sendiri akan mengakibatkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan tersebut sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan mengakibatkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan buatan amonia dari senyawa-senyawa yang berisi nitrogen akan menambah pH pada fase-fase mula pengomposan. pH kompos yang telah matang seringkali mendekati netral.

2.4 Tahapan Pengomposan
Pemilahan Sampah
Pada etape ini dilaksanakan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan mesti dilaksanakan dengan teliti sebab akan menilai kelancaran proses dan bobot kompos yang dihasilkan
Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilaksanakan untuk memperluas permukaan sampah, sampai-sampai sampah bisa dengan gampang dan cepat didekomposisi menjadi kompos
Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melalui tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian dibentuk menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan ialah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan bisa diberi terowongan bambu (windrow) yang bermanfaat mengalirkan udara di dalam tumpukan.
Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk melemparkan panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di masing-masing bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta menolong penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
Penyiraman
Pembalikan dilaksanakan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlampau kering (kelembapan tidak cukup dari 50%).
Secara manual butuh tidaknya penyiraman dapat dilaksanakan dengan memeras segenggam bahan dari unsur dalam tumpukan.
Apabila pada ketika digenggam lantas diperas tidak terbit air, maka tumpukan sampah mesti ditambahkan air. sedangkan andai sebelum diperas sudah terbit air, maka tumpukan terlampau basah oleh karena tersebut perlu dilaksanakan pembalikan.
Pematangan
Setelah pengomposan berlangsung 30 – 40 hari, suhu tumpukan bakal semakin menurun sampai mendekati suhu ruangan.
Pada saat tersebut tumpukan sudah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada etape pematangan sekitar 14 hari.
Penyaringan
Penyaringan dilaksanakan untuk mendapat  ukuran partikel kompos cocok dengan keperluan serta untuk mengasingkan bahan-bahan yang tidak bisa dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di mula proses.
Bahan yang belum terkomposkan dibalikkan ke dalam tumpukan yang baru, sementara bahan yang tidak terkomposkan dilemparkan sebagai residu.
Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang sudah disaring dikemas dalam kantung cocok dengan keperluan pemasaran.
Kompos yang sudah dikemas ditabung dalam gudang yang aman dan terlindung dari bisa jadi tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan embrio gulma dan embrio lain yang tidak diharapkan yang barangkali terbawa oleh angin.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Adapun jenis riset yang kami lakukan ialah eksperimen atau percobaan. Penelitian ini mengidentikkan pada praktik guna memanfaatkan sampah dan melibatkan sejumlah percobaan untuk menciptakan pupuk.

3.2 Variabel Penelitian
Penelitian yang kami kerjakan ini sifatnya terbelenggu dan melibatkan sejumlah variabel riset sebagai berikut:
· Variabel bebas
Jumlah sampah daun yang digunakan, jumlah kotoran hewan, jumlah bekatul
· Variabel terikat
Waktu pematangan pupuk kompos
· Variabel kontrol
EM4, gula, air, suhu, kelembapan

3.3 Alat dan Bahan
1. Sampah daun yang telah digiling
2. Kotoran hewan
3. Bekatul
4. EM4
5. Gula
6. Air
7. Timbangan
8. Karung beras ukuran 25 kg
9. Tali Rafia

3.4 Langkah Kerja
1. Siapkan perangkat dan bahan yang dibutuhkan untuk penciptaan pupuk kompos
2. Daun atau sampah pasar dicukur kecil-kecil (digiling), ditimbang 10 kg.
3. Tuangkan satu tutup botol EM4 dan 1 sendok santap gulayang telah dilarutkan dalam air ke daun tadi
4. Campurkan seraya diaduk supaya EM4 dan gula tercampur merata di dalam daun
5. Tambahkan kotoran fauna dan bekatul. Sambil diperbanyak air dengan jumlah yang relatif sampai berjumlah 5-10 tetes ketika diusahakan untuk diperas. Hal tersebut menandakan bahwa jumlah air sudah cukup.
6. Setelah tercampur seluruh letakkan pupik ke dalam karung beras dengan tinggi sekitar separuh dari tinggi karung dan ikat dengan tali rafia. Usahakan ikatan erat supaya tidak terdapat udara yang masuk.

Note:
Percobaan 1
· Kotoran fauna 15 kg
· Bekatul 3 kg
Percobaan 2
· Kotoran fauna 10 kg
· Bekatul 2 kg
Percobaan 3
· Kotoran fauna 5 kg
· Bekatul 1 kg

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Pupuk yang diberi daun dengan jumlah yang sebanding dengan kotoran fauna menghasilkan tumbuhan yang pengomposannya lebih cepat. Percobaan 2 dalam masa-masa 15 hari pupuk kompos sudah dapat digunakan. Dengan firasat warna pupuk hitam, telah tidak berbau, dan bentuknya serupa tanah.

4.2 Analisis Hasil Penelitian
Dari riset yang sudah dilaksanakan ternyata eksperimen ke dua dengan jumlah daun yang sebanding dengan jumlah kotoran sapi mengindikasikan proses pengomposan yang lebih cepat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan:
1. Ukuran bahan
2. Rasio C/N
3. Kelembaban dan Aerasi
4. Temperature pengomposan
5. Derajat keasaman (pH) Pengomposan
6. Mikroorganisme yang tercebur dalam pengomposan

4.3 Pembahasan
4.3.1 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pengomposan Sampah
Dalam penciptaan kompos ada sejumlah faktor urgen yang memprovokasi proses pengomposan sampah diantaranya:

1. Ukuran bahan

Proses pengomposan bakal lebih baik dan cepat bila bahan mentahnya mempunyai ukuran yang lebih kecil. Karen aitu, bahan yang ukurannya besar butuh dicacah atau digiling terlebih dulu sampai-sampai ukurannya menjadi lebih kecil.bahan yang lebih kecil akan gampang didekomposisi sebab luas permukaannya bertambah dan mempermudah kegiatan mikroorganisme perombak. Namun, ukurannya bahan tersebut tidak boleh terlalu kecil. Ukuran bahan mentah yang terlampau kecil akan mengakibatkan rongga udara berkurang sampai-sampai timbunan menjadi lebih mampat dan pasokan oksigen kedalam timbunan bakal semakin berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang mikroorganisme yang terdapat didalamnya tidak dapat bekerja secara optimal.


2. Rasio C/N

Rasio C/N adalahfactor sangat penting dalam proses pengomposan. Hal ini diakibatkan proses pengomposan terantung dari pekerjaan mikroorganisme yang memerlukan karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel, dan nitrogen untuk menyusun sel. Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah. Proses pengomposan yang baik bakal menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20 – 40, namun rasio sangat baik ialah 30.
Jika rasio C/n tinggi, kegiatan mikroorganisme bakal berkurang. Selain tersebut diperlukan sejumlah siklus mikroorganisme untuk menuntaskan degradasi bahan kompos sampai-sampai waktu pengomposan bakal lebih lama dan kompos yang didapatkan akan berbobot rendah.
Jika rasio C/N terlampau rendah (kurang dari 30) keunggulan nitrogen (N) yang tidak digunakan oleh mikroorganisme tidak bisa diasimilasi dan bakal hilang memlaui volatisasi sebagai ammonia atau terdenitrifikasi.

3. Kelembaban dan Aerasi

Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan melakukan kegiatan metabolisme diluar sel tubuhnya. Sementara tersebut reaksi biokimia yang terjadi dalam selaput airtersebut memerlukan oksigen dan air. Karena tersebut dekomposisi bahan organic paling tergantung dari kelembaban lingkungan dan oksigen yang didapatkan dari rongga udara yang ada diabtara partikel bahan yang dikomposkan. Dekomposisi secara aerobic bisa terjadi pada kelembaban 30 -100% dengan pengadukan yang cukup.
Secara umum, kelembaban yang baik guna berlangsungnya proses dekomposisi secara aerobic ialah 50 -60 % dengan tingkat terbaik 50 %. Namun sebetulnya kelembaban yang baik pada pengomposan tergantung dari jenis bahan organic yang dipakai dalam gabungan bahan kompos.
Kisaran kelembaban kompos yang baik mesti dijaga karena andai tumpukan bahan terlampau lembab, proses pengomposan bakal terjadi lebih lambat. keunggulan kandungan air bakal menutupi rongga udara dalam tumpukan bahan kompos sampai-sampai kadar oksigen yang terdapat didalam tumpukan bahan kompos bakal berkurang (kadar oksigen yang baik 10 – 80% namun andai tumpukan terlampau kering proses proses pengoposan bakal terganggu sebab mikroorganisme perombak sangat memerlukan air sebagai lokasi hidupnya. Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan membutuhkan oksigen. Bahan organic yang ditimbun akan merasakan dekomposisi dengan cepat andai berada dalam suasana aerob. Aerasi yang tidak sebanding akan mengakibatkan bau busuk dari gas yang tidak sedikit berisi belerang.

4. Temperature pengomposan

Proses pengomposan bakal berjalan dengan baik andai bahan berada dalam temperature yang cocok untuk perkembangan mikroorganisme perombak. Tempertur optimum yang diperlukan mikroorganisme untuk membongkar bahan ialah 35-55 derajat Celsius. Namun setiap kumpulan mikroorganisme mempunyai temperature optimum pengomposan adalahintegrasi dari sekian banyak  jenis microorganisme yang terlibat.
Pada pengomposan secara aerobic bakal terjadi eskalasi temperature yang lumayan cepat sekitar 3 -5 hari kesatu dan temperature itu adalahyang terbaik untuk pertumbuhan microorganisme.pada kisaran temperature ini mikroorganisme bisa tumbuh tiga kali lipat dikomparasikan dengan temperature yang tidak cukup dari 55 derajat selsius.selain tersebut pada temperature itu enzim yang didapatkan juga sangat efektif mengurai bahan organic. Penurunan rasio C/N pun dapat berlangsung dengan sempurna.
Temperature yang tinggi berperan guna membunuh mikroorganisme pathogen (bibit penyakit) menetralisir bibit Mycobacterium tuberculosis biasa nya akan bobrok pada hari ke 14 pada suhu 65 derajat Celsius. Virus volio bakal mati andai berada pada temperature 54 derajar selsius sekitar 30 menit. Salmonella bakal menjadi tidak aktif andai berada pada temperature 60 derajat Celsius pada masa-masa 60 menit. Ascaris lumbricoides, cacing beracun yang ditemukan pada drainase pencernaan babi bakal terbunuh pada temperature 60 derajat selsius dalam masa-masa 60 meit proetein microorganisme yang mati ini bakal digumpalkan. Karena tersebut keadaan tetemperatur yang tinggi perlu dijaga minimum 15 hari berturut turut. Untuk menjaga temperature pengomposan perlu diacuhkan ketinggian tumpukan bahan mentah.
Ketinggian tumpukan yang baik ialah 1 – 1,2 dan tinggi maximum ialah 1,5 – 1,8 m. tumpukan bahan yang terlampau rendah akan menciptakan bahan lebih cepat kehilangan panas sampai-sampai temperature yang tinggi tidak bakal tercapai. Di samping itu,microorganisme pathogen tidak bakal mati dan proses dekomposisi oleh mikroorganisme termofilik tidak bakal tercapai. Jika timbunan yang diciptakan terlalu tinggi akan mengakibatkan pemadatan pada bahan dan temperature pengomposan menjadi terlampau tinggi.
Pengomposan pada bahan yang mempunyai rasio C/N tinggi laksana jerami padi atau jerami gandum penambahan temperature tidak bisa melebihi 52 derajat Celsius. Keadaan ini mengindikasikan bahwa penambahan temperature pun tergantung dari tipe bahan yang digunakan.

5. Derajat keasaman (pH) Pengomposan

Kisaran pH kompos yang optimal ialah 6,0 – 8,0 derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan lazimnya asam hingga dengan netral (pH 6,0 – 7,0) derajat keasaman pada mula proses pengomposan akan merasakan penurunan sebab sejumlah mikroorganisme yang tercebur dalam pengomposan mengolah bahan organic menjadi asam organic. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme, dari jenis yang lain bakal mengkonversi asam organic yang sudah terbentuk sampai-sampai bahan mempunyai derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.
Seperti factor lainnya derajat keasaman butuh dikontrol sekitar proses pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlampau tinggi atau terlampau basa konsumsi oksigen bakal semakin naik dan akan menyerahkan hasil yang buruk bagilingkungan. Derajat keasaman yang terlampau tinggi pun akan mengakibatkan unsure nitrogen dalam bahan kompos pulang menjadi ammonia (NH3) kebalikannya dalam suasana asam (derajat keasaman rendah) akan mengakibatkan sebagian mikroorganisme mati.
Derajat keasaman yang terlampau tinggi bisa diturunkan dengan menambahkan kotoran hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman terlampau rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan kapur dan abu dapur kedalam bahan kompos.

6. Mikroorganisme yang tercebur dalam pengomposan

Mikroorganisme adalahfactor terpenting dalam proses pengomposan sebab mikroorganisme ini yang membongkar bahan organic menjadi kompos. Beberapa ratus spesies mikroorganisme,terutama bakteri,jamur dan actinoycetes berperan dalam proses dekomposisi bahan organic. Sebagian besar dari mikroorganisme yang mengerjakan dekomposisi berasal dari bahan organic yang dipakai dan beberapa lagi berasal dari tanah.pengomposan akan dilangsungkan lama andai jumlah mikroorganisme pada tadinya sedikit. Populasi mikroorganisme sekitar berlangsungnya perombakan bahan organic bakal terus berubah. Mikroorganisme ini dapat ditambah dengan menambahkan starter atau activator.
Pada proses pengomposan dikenal adanya inokulan (starter atau activator) yakni bahan yang terdiri dari enzim, asam humat bahan dan mikroorganisme laksana kultur bakteri. Berdasarkan situasi habitatnya, khususnya temperature, mikroorganisme yang tercebur dalam pengomposan terdiri dari 2 golongan, yakni mesofilik dan termofilik. Mikroorganisme mesofilik ialah mikroorganisme yang hidup pada temperature rendah (10 – 45 derajat Celsius) mikroorganismetermofilik ialah mikroorganisme yang hidup pada temperature tinggi (45 – 65 derajat Celsius) pada temperature tumpukan kompos tidak cukup dari 45 proses pengomposan ditolong oleh mesofilik sedangkan saat temperature tumpukan berada pada 65 organisme yang berperan ialah termofilik.
Dilihat dari kegunaannya mikroorganisme mesofilik bermanfaat untuk memperkecil ukuran partikel bahan organik sampai-sampai luas permukaan bahan meningkat dan mepercepat pengomposan. Sementara itu, bakteri termofilik yang tumbuh dalam masa-masa terbatas bermanfaat untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein sampai-sampai bahan kompos bisa terdegradasi dengan cepat.

4.3.3 Peranan Sampah Dapat Digunakan sebagai Pupuk Kompos Pada Lingkungan
Pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos ialah upaya dalam mengawal lingkungan dengan meminimalisir jumlah sampah yang terdapat dan otomatis ini dominan  pada lingkungan. Pembuatan kompos berperan urgen dalam mencegah sekian banyak  kerusakan lingkungan yang disebabkan banyaknya jumlah sampah. Berikut sejumlah peranan pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos pada lingkungan :
Mengurangi polusi udara
Banyak masyarakat yang berjuang menguarangi jumlah sampah yang terdapat dengan mengerjakan pembakaran. Padahal pekerjaan pembakaran itu menghasilkan gas polutan yang mengotori udara. Dengan penciptaan kompos yang memakai sampah organik yang tidak bermanfaat tentu anda telah mendapat  suatu teknik untuk menanggulangi permasalahan sampah dan teknik itu tidak riskan pada lingkungan sebab tidak menghasilkan zat pencemar apapun.
Mengurangi keperluan lahan guna penimbunan
Upaya pemerintah kota di Indonesia untuk menggali tempat pengasingan sampah yang representatif merasakan kesulitan, sebab pendekatannya bukan mengolah, tetapi membuang sampah. Pada akhirnya melulu berupaya menggali lahan kosong dan kemudian beralih lagi andai telah sarat atau dirasakan tidak pantas Hal itu tentu memerlukan lahan yang tidak sedikit hanya untuk lokasi penimbunan sampah. Dengan pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos paling tidak sudah mengurangi keperluan lahan guna penimbunan sampah sebab sampah-sampah yang ada telah dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Mencegah pemanasan global.
Sampah yang semakin menumpuk dan merasakan pembusukan menghasilkan gas metana yang adalahgas lokasi tinggal kaca. Metana (CH4) ialah gas lokasi tinggal kaca yang merangsang terjadinya pemanasan global. Bisa dibayangkan bilamana gas metana bertambah jumlahnya di atmosfer maka suhu bumi bertambah dan evolusi cuaca terjadi. Hal-hal itu ialah akibat dari pemanasan global. Oleh karena tersebut dengan penciptaan kompos melewati pemanfaatan sampah maka pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk dampak bakteri metanogen di tempat pengasingan sampah dapat diatasi dan pemanasan globalpun bisa dicegah.


Menanggulangi lahan kritis atau degradasi lahan
Dengan pupuk kompos maka usaha reklamasi lahan bekas galian tambang yang merasakan degradasi bisa dilakukan. Karena pemberian pupuk kompos tidak banyak demi tidak banyak dapat membetulkan lahan kritis yang ada. Lahan yang tanahnya rusak sebab pemakaian bahan kimia laksana pupuk sintesis dan pestisida dapat diatasi dengan pemberian pupuk kompos dan membalikkan unsur hara yang terdapat sebelumnya serta membetulkan strukrur tanah.
Meningkatkan kesuburan tanah dan perkembangan tanaman
Pemanfaatan pupuk kompos untuk tumbuhan dapat menambah kesuburan tanah. Sehingga perkembangan tanaman dapat semakin cepat. Pupuk kompos meluangkan bahan organik untuk tanah. Peran bahan organik terhadap sifat jasmani tanah di antaranya memicu granulasi, membetulkan aerasi tanah, dan meningkatkan keterampilan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah ialah meningkatkan kegiatan mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu laksana N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah ialah meningkatkan kapasitas tukar kation sampai-sampai memengaruhi serapan hara oleh tanaman.
Di samping itu kegiatan mikroba dapat menciptakan tanaman tahan dengan serangan penyakit. Aktivitas mikroorganisme tanah menambah penyediaan hara untuk tanaman sehingga perkembangan tanaman dapat dilangsungkan cepat.


BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari riset yang telah dilaksanakan kami menyimpulksn bahwa:
Pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos ialah salah satu upaya dalam meminimalisir jumlah sampah yang terdapat di lingkungan.
Faktor-faktor yang memprovokasi proses pengomposan sampah ialah ukuran bahan, Rasio C/N, kelembaban dan Aerasi, temperature pengomposan, derajat
Peranan sampah sebagai pupuk kompos pada lingkungan:
Mengurangi polusi udara
Mengurangi keperluan lahan guna penimbunan
Mencegah pemanasan global.
Menanggulangi lahan kritis atau degradasi lahan
Meningkatkan kesuburan tanah dan perkembangan tanaman

5.2 Saran
Karya tulis yang diciptakan tentu masih tidak sedikit kekurangan. Oleh karena tersebut kami menganjurkan untuk:
Melakukan riset lebih lanjut tentang faktor-faktor lainnya yang memprovokasi laju pengomposan beserta teknik mengoptimalkan penciptaan pupuk kompos supaya diperoleh hasil yang besar dalam masa-masa yang cepat.
Melakukan penelitian tentang pemanfaatan sampah tidak sekedar sampah organik tetapi pun sampah anorganik laksana pendaur ulangan sampah atau teknologi pilihan pembuatan bahan bakar (retrieve energy).


Kursus Komputer bersertifikat. Lembaga kursus Citra Telematika menyelenggarakan :

1. Aplikasi Perkantoran
2. Desain Grafis
3. Jaringan Komputer
4. Robotika
5. Pemasaran Digital
Kursus Komputer di Majalengka
Citra Telematika - Kursus Komputer di Majalengka

Jl. Raya Timur No. 65, Ciborelang, Jatiwangi
Kab. Majalengka
(0233) 8281236 | 085216667297

Posting Komentar

0 Komentar